Trainer: Passion and Methodology

Kerja merasa tidak bekerja, melatih terasa menjadi kebutuhan hidup, membimbing dan menyaksikan orang lain menjadi lebih mampu merupakan kepuasan tersendiri. Sejatinya, itulah yang membuat seorang Trainer merasa lebih berarti dalam kehidupan karirnya maupun dalam kehidupan lainnya secara umum. Paling tidak ada dua hal penting yang harus dimiliki oleh seorang Trainer, yang pertama adalah passion (gairah) dalam mengajar maupun gairah dalam menekuni profesinya sebagai seorang pengajar/pelatih. Yang kedua, metodologi melatih sebagai modal bagi Trainer agar bisa mengajar secara efektif.

Pertama, passion. Menemukan suatu kebahagiaan ketika berada di hadapan para peserta pelatihan (trainees) merupakan salah satu indikasi bahwa seorang Trainer memiliki passion. Ciri lainnya adalah bersabar dan antusias dalam menghadapi berbagai problematika proses pembelajaran, misalnya menghadapi peserta yang sulit memahami materi, menghadapi peserta yang kurang semangat dalam belajar, menghadapi peralatan dan bahan pelatihan yang terbatas, dan berbagai permasalahan lain yang dihadapi. Masih banyak lagi indikator-indikator seorang Trainer yang memiliki passion di dalam melakukan pelatihan atau proses pembelajaran, mungkin ada pengalaman lainnya yang dialami Bapak/Ibu?

Kedua, metodologi pelatihan. Walaupun sangat penting, namun gairah atau passion saja belum cukup untuk menjadi seorang Trainer. Gairah melatih seyogianya dipadu padankan dengan metode melatih yang efektif. Secara garis besar, ada tiga fase dalam proses pembelajaran/pelatihan yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran bukan hanya tanggung jawab seorang pelatih, tetapi juga dilakukan baik secara paralel maupun serial bersama dengan organisasi pelatihan, baik itu berupa Pusdiklat, Training Center, Learning & Development Department, Corporate University, dan lain-lain. Manajemen pelatihan seharusnya menyusun analisis kebutuhan pelatihan (Training Need Analysis (TNA)). TNA ini merupakan landasan penyusunan program-program pelatihan baik dari segi skema pelatihan maupun materi atau unit-unit kompetensi yang dirancang untuk satu skema pelatihan tersebut. Selain itu, manajemen pelatihan juga menyiapkan kebutuhan pelatihan lainnya seperti instruktur, peserta, alat dan bahan, dan lain-lain. Dalam beberapa hal, seorang pelatih harus berkoordinasi dengan manajemen pelatihan agar terjadi keselarasan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga pelatih memahami betul mengenai program pelatihan, tujuan pelatihan, sasaran pelatihan, karakteristik peserta dan metode pembelajaran yang tepat untuk pelatihan yang akan diselenggarakan. Fase kedua adalah pelaksanaan pelatihan, pada tahap ini seorang pelatih dituntut untuk mampu membuka pelatihan, mengelaborasi materi pelatihan dan menutup suatu aktivitas pelatihan, tentunya mengikuti metode yang tepat agar pembelajaran berlangsung dengan efektif. Pada fase ketiga, pelatih harus melakukan evaluasi pelatihan paling tidak untuk level satu dan level dua dari rangkaian evaluasi pelatihan. Proses ini bisa dilakukan secara mandiri atau dibantu oleh tim manajemen pelatihan.

 

www.sahabatkarir.com

Untuk Informasi mengenai Sertifikasi Trainer & Tenaga Kepelatihan bisa klik disini 

Ajukan Pertanyaan
1
💬 Butuh Bantuan? Silakan Chat Kami
Terimakasih telah mengakses www.sahabatkarir.com Silakan tekan tombol Ajukan Pertanyaan untuk menghubungi Admin SKI