Memahami Task Management Skill (TMS)

Dalam konteks kehidupan kerja, seorang karyawan dituntut berkontribusi terhadap perusahaan atau organisasi. Tentunya masing-masing karyawan memiliki tugas tertentu yang harus diselesaikan. Variasi pekerjaan dan fleksibilitas bekerja menuntut seorang karyawan untuk bisa mengerjakan beberapa tugas dalam waktu yang relatif bersamaan. Misalkan seorang teller suatu bank, tugas utamanya adalah melayani transaksi perbankan seperti menabung dan pengambilan uang. Namun, dalam tugas tersebut ada berbagai variasi seperti mengurus layanan cek dan lain-lain. Manajemen bank acapkali menugaskan teller untuk mendukung pekerjaan customer service apabila customer service-nya berhalangan, menanyakan beberapa hal terkait dengan kartu kredit kepada nasabah untuk mencari potensi pasar, atau bahkan menawarkan nasabah yang menabung untuk melakukan deposito. Hal tersebut merupakan salah satu contoh rill bahwa seorang karyawan harus dapat mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu yang relatif bersamaan. Deskripsi di atas kita kenal dengan istilah task management skill, yaitu kemampuan seseorang melakukan pengelolaan pekerjaan dalam waktu yang relatif bersamaan. Keterampilan ini dapat dikembangkan dengan berbagai macam cara, misalnya melalui pelatihan, pembimbingan, pendampingan dan simulasi ataupun demonstrasi.

Kabar yang cukup menggembirakan bagi para praktisi HR adalah TMS ini menjadi bagian dari sertifikasi kompetensi BNSP RI, bahkan dijadikan salah satu instrumen penilaian dalam penilaian uji kompetensi atau asesmen. Pengembangan keterampilan task management skill memiliki urgensi yang sangat tinggi mengingat tidak sedikit pimpinan yang menemukan karyawan atau bawahannya kesulitan menghadapi beberapa pekerjaan yang harus dia lakukan dalam waktu yang relatif bersamaan. Misalkan seseorang hanya bisa mengerjakan hanya satu pekerjaan sampai dengan tuntas, kemudian diberikan tambahan pekerjaan yang kedua. Harapannya, pekerjaan pertama selesai dan pekerjaan dua selesai. Namun, tidak sedikit terjadi kasus gara-gara diberikan pekerjaan kedua, pekerjaan pertama yang biasanya selesai menjadi terbengkalai. Ini membuktikan bahwa karyawan yang bersangkutan lemah dalam hal task management skill-nya.

Dalam konteks uji kompetensi, biasanya para asesor atau penilai dalam menggali task management skill bisa dilakukan dengan metode verifikasi portofolio, wawancara, dan observasi. Melalui metode pengujian tersebut, kita bisa menggali sejauh mana seseorang memiliki task management skill, sehingga manajemen akan mendapatkan input yang komprehensif sebagai dasar untuk mengembangkan karyawan yang bersangkutan. Informasi hasil pengujian tersebut juga akan berkaitan dengan pemilihan metode yang tepat dan teknik-teknik pengembangan yang tepat agar karyawan tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya di dalam mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu yang relatif bersamaan. Bila pelatihan ataupun pengembangan dilakukan oleh perusahaan dengan cara-cara tersebut, maka perusahaan akan mendapatkan nilai atau manfaat yang sangat kontributif terhadap peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Karena karyawan yang memiliki TMS yang baik akan menunjukkan kinerja yang baik pula dan pada akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Penulis: Trainer Sahabat Karir Indonesia

www.sahabatkarir.com

Untuk Informasi mengenai Sertifikasi Bidang MSDM bisa klik disini 

Ajukan Pertanyaan
1
💬 Butuh Bantuan? Silakan Chat Kami
Terimakasih telah mengakses www.sahabatkarir.com Silakan tekan tombol Ajukan Pertanyaan untuk menghubungi Admin SKI